Falling In Love With PLS

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Salam Pendidikan!
Salam Perjuangan!
Salam Para Pendidik Masyarakat!

Di postingan pertama ini saya akan menceritakan perjalanan saya mengenal "Apa Itu Pendidikan Luar Sekolah?". Semoga postingan saya ini bermanfaat dan membuka jalan untuk kalian yang masih bingung dan belum tahu tentang Pendidikan Luar Sekolah.
Selamat Membaca!

Melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi merupakan impian banyak orang, termasuk saya. Impian ini bukan sekadar ingin mempunyai gelar dan diakui oleh masyarakat, tapi ini tentang bagaimana caranya kita bermanfaat dan memberikan perubahan bagi kehidupan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
Saya adalah seorang perempuan yang sangat mencintai kebudayaan dan kesenian Indonesia, apalagi kesenian Sunda, tempat lahir saya. Dari kecil saya sudah menampakkan kecintaan saya terhadap kesenian Sunda melalui hobi saya mendengarkan kawih Sunda dan berlatih jaipongan bersama ibu saya. Kesenian bukan tentang seni pertunjukan saja, namun di dalamnya terdapat banyak filosofis tentang kehidupan, norma sosial, norma agama, bahkan tatak rama kita mengenai sikap toleransi dan saling menghargai antar ummat beragama dan masyarakat Indonesia. Kecintaan saya mulai tumbuh ketika memasuki kelas tiga Sekolah Dasar dengan dibuktikan mengikuti ekstra kulikuler karawitan dan tergabung dalam kelompok degung di SD. Semakin tumbuh rasa cinta saya terhadap kesenian membuat saya bercita-cita sebagai seniman musik tradisional. Bukan karena kecintaan saya saja saya ingin menjadi seniman musik tradisional, tetapi saya ingin membuktikan kepada seluruh dunia bahwa Indonesia adalah negara seribu budaya bahkan ratusan ribu kesenian ada di Indonesia. Ketika memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama, saya melanjutkan kecintaan saya tersebut dengan mengikuti ekstra kulikuler rampak kendang. Mulai dari sinilah saya merasakan perjuangan mengenalkan dan menjaga kesenian Sunda itu berat. Beberapa kali saya dan kawan-kawan saya tampil diberbagai acara besar sampai pernah masuk ke dalam kabar berita lokal. Suatu kebanggaan dan prestasi bagi saya karena akhirnya saya bisa sedikit demi sedikit mengenalkan luar biasanya kesenian daerah.
Acara Pentas Seni Kejuaraan Koran Sekolah (Top Request Radar Tasikmalaya TV), 2013
Ambisi saya terhadap cita-cita saya semakin tinggi dan akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan mengikuti karawitan di sanggar ketika memasuki bangku SMK. Namun pada saat itu orang tua saya melarang saya untuk ikut kembali ke dalam kelompok karawitan, apalagi ketika SMK saya juga mengikuti ekstra kulikuler tari. Namun saya tetap bersikeras tetap pada pendirian saya untuk menjadi seorang seniman musik tradisional.
Apa boleh buat, Allah berkata lain. Saya luluh dengan salah satu kalimat yang dilontarkan oleh ayah saya, "jadikanlah seni hanya sebatas hobi kamu saja. Jadilah manusia yang bermanfaat bagi masyarakat. Mengubah kehidupan masyarakat, membantu perekonomian masyarakat. Setidaknya bisa melanjutkan perjuangan ayah sebagai tutor dan penyuluh pertanian. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain?". Ketika saat itu juga saya memutuskan untuk berhenti mengikuti ekstra kulikuler tari dan mengurungkan niat untuk melanjutkan kursus di sanggar kesenian. Setelah itu saya banyak mengikuti komunitas-komunitas sosial, entah apa yang meracuni saya hingga saya sangat tertarik dengan dunia kemanusiaan dan pendidikan padahal itu semua bukanlah passion saya, terlebih saya adalah orang yang cenderung introvert dan tidak banyak bicara di depan umum. Saya mengikuti banyak kegiatan bakti sosial, menjadi relawan sebagai pengajar di salah satu panti asuhan, mengikuti beberapa kegiatan kemanusiaan pada hari-hari besar, bahkan saya bisa mendapatkan banyak teman baru di luar kota. Saya semakin penasaran dan terus mengikuti acara-acara kemanusiaan sampai akhirnya cita-cita saya sebagai seniman sudah saya lupakan.
Pada akhir masa SMK saya kembali mendapatkan keraguan dengan tujuan impian saya ke depannya. Orang tua saya menginginkan saya untuk melanjutkan kuliah di jurusan agribisnis dan berharap dapat melanjutkan perjuangan ayah saya sebagai tutor di beberapa kelompok tani. Saya sama sekali tidak tertarik dengan dunia pertanian, apalagi saya mempunyai anggapan "kalau kuliah di jurusan pertanian pasti banyak istilah-istilah dan rumus-rumus". Saya cenderung orang yang malas menghafalkan istilah-istilah apalagi di SMK jarang sekali ada hafalan, kebanyakan praktik. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih jurusan yang sama sekali bukan minat saya. Alhasil SNMPTN gagal saya dapatkan. Tidak apa-apa, ini adalah langkah awal saya untuk menemukan hal apa yang sebenarnya sedang saya cari, dan sebenarnya apa yang menjadi cita-cita saya pada saat ini. Ketika itu saya masih bingung "nanti saya mau jadi apa? Lanjut kuliah jurusan teknik ribet. Banyak fisika. Banyak itung-itungan. Takut susah lulusnya". Banyak sekali pertimbangan dan keraguan. Waktu menuju SBMPTN semakin dekat dan niat saya untuk berkuliah kembali urung setelah kondisi kesehatan ayah saya semakin drop. Pada saat itu rasanya saya ingin bekerja saja "daripada kuliah, sayang uangnya untuk pengobatan ayah saja. Lagian kerja juga bisa bantu tambah-tambah biaya buat keluarga". Namun orang tua saya tetap menginginkan saya mengikuti SBMPTN. Pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih jurusan yang sebenarnya tidak mungkin saya raih karena terlalu tinggi untuk seukuran saya yang sama sekali tidak mempelajari soal-soal test masuk PTN. Hasilnya masih nihil. Saya tidak lolos test SBMPTN. Ketika itu saya membujuk orang tua saya agar saya bisa bekerja dan tidak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Namun orang tua saya tetap menginginkan saya untuk bisa berkuliah dan mendapatkan banyak ilmu di perkuliahan. Orang tua saya menganjurkan saya untuk mendaftar Ujian Mandiri di Universitas Siliwangi. Pada saat itu saya berpikiran "UNSIL punya apa? Jurusannya juga itu-itu aja. Sama sekali gak tertarik". Memang dari dulu saya hanya bisa menyimpulkan pendapat dari beberapa orang bahwa di UNSIL jurusannya ya tidak ada yang aneh, pasti larinya orang-orang memilih Akuntansi, Manajemen, Teknik, Pendidikan Matematika, Bahasa Inggris, Indonesia, dan lain-lain. Namun ketika saya dianjurkan untuk mempelajari semua jurusan yang ada di UNSIL, saya terfokus pada satu jurusan yang menurut saya ini berbeda dari yang lain, ya jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Saya banyak sekali membaca artikel tentang Pendidikan Luar Sekolah, sejarah PLS di UNSIL, prospek kerjanya, mata kuliahnya, dan masih banyak lagi yang saya pelajari. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih Pendidikan Luar Sekolah sebagai pilihan pertama saya pada test Ujian Mandiri. Alhamdulillah hasilnya saya lolos test Ujian Mandiri dan resmi menjadi Mahasiswa Baru Universitas Siliwangi.

PLS 17A, 2018

Ketika awal perkuliahan saya agak sedikit menyesal karena ternyata mata kuliah di PLS itu kebanyakan sosiologi. Saya sama sekali belum pernah mempelajari sosiologi, apalagi sangat banyak sekali materinya dan pasti saya harus banyak menghafal. Namun dugaan saya itu salah. Setelah pertengahan semester pertama, saya baru menyadari bahwa ini adalah jawaban dari Allah tentang rasa penasaran saya mengenai kehidupan sosial dan kemanusiaan. Ketika mengikuti komunitas pada saat SMK, saya pernah mempunyai keinginan untuk bisa membangun sekolah untuk anak-anak yang kekurangan dan ingin memiliki perpustakaan untuk masyarakat di sekitar tempat tinggal saya.
Nah untuk kalian yang ingin melanjutkan kuliah, jangan pernah berputus asa dan tetap berprasangka baik terhadap ketentuan Tuhan. Sebab apa yang diberikan Tuhan itu adalah jawaban dari doa terbaik yang kita panjatkan.
Untuk kalian yang ingin mengenal lebih jauh "Apa itu PLS?", tunggu postingan selanjutnya ya. Terus stay tune di blog saya dan jangan lupa berikan komentar terbaik kalian!!!!

PENMAS 17B, 2019


Salam Mahasiswa!
Salam Perjuangan!
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Komentar

  1. Wahhh, menginspirasi nih buat yang mau masuk perguruan tinggi. Lanjutkan kakaaak😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer